Minggu, 13 November 2016

KEMULIAAN ORANG YANG BERIMAN

Tidak ada komentar:
Kemuliaan Orang Yang Berilmu
Oleh :Uti Konsen U.M.
Rasulullah SAW pernah masuk ke sebuah majelis. Di majelis itu, tampak ada dua kelompok :yang pertama sedang berzikir, dan yang kedua sedang mempelajari ilmu. Nabi SAW bersabda, "Kelompok pertama adalah kelompok yang bai. Mudah-mudahan Allah mengampuni merek. Sedangkan kelompok kedua sedang mempelajari ilmu, mudah mudahan Allah membimbing mereka ke jalan yang lurus." Kemudian beliau memilih duduk bersama kelompok majelis ilmu.
Maksud Rasulullah SAW barangkali, merujuk ayat Al Quran yang menyatakan bahwa satu tugas beliau sebagai rasul ialah mengajarkan ilmu. Dalam satu hadis beliau bersabda:"Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang yang mengajarkan ilmu."
Orang yang berilmu berbuat kebajikan atas dasar keinsafan dan bukan karena turut-turutan. Orang yang berilmu tidak dapat ditipu, teguh membela keyakinan dan mengerti akan pekerjaannya. Sebab iapun lebih ditakuti setan sehingga Rasulullah SAW.pun bersabda, "Seorang yang benar-benar mengerti lebih lebih ditakuti setan dari seribu orang yang beribadat." (HR.Tarmuzi).
Syeikh syaqib Arsalan dan bukunya : "Mengapa umat Islam terbelakang sedangkan umat non Muslim maju ? "(terjemahan). Salah satu diantara jawabannya adalah karena pernah dalam perkembangan umat Islam, kita lebih mengutamakan majelis zikir daripada majelis ilmu. Padahal Rasulullah SAW. "Jika bangun pagi hari dan membuka satu bab ilmu pengetahuan, itu lebih baik bagi kamu dari pada ibadah semalam suntuk" . Namun yang paling baik, kata Dr.Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya "Meraih Cinta Ilahi", adalah orang yang banyak berzikir dan sekaligus banyak mempelajari ilmu.
Pada suatu waktu Rasulullah SAW.mengatakan sesuatu kepada Ali bin Abi Thalib RA. Dalam waktu yang lama. Karena lamanya itu, para sahabat bertanya-tanya ihwal perbincangan itu. Setelah Ali keluar, ia berkata, "Baru saja Rasulullah SAW membukakan kepadaku satu bab ilmu pengetahuan. Dan dari satu bab itu dibuka lagi seribu bab ilmu pengetahuan yang lain."Sejak saat itu Ali dikenal diantara sahabat orang yang paling tinggi derajat keilmuannya. Dan ini memang telah ditegaskan Rasulullah SAW, sabdanya : "Akulah kota ilmudan Ali-lah pintunya. Barangsiapa yang mau memasuki kota, hendaklah ia datang melalui pintunya."
Begitu mulianya orang yang berilmu,sehingga Nabi SAW Bersabda :" Dua rakaat salat orang yang alim adalah lebih baik daripada seribu rakaat salat orang bodoh." Hadis ini diperkuat dengan hadis lain," Tidur seorang alim lebih baik daripada ibadah seorang jahil," Sedangkan Allah SWT berfirman dalam Al Quran," Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?"(Al-Zumar9).

Dalam mencari dan atau menambah ilmu pengetahuan, kilah Ustad Abbas Hassan dalam buku Etika Pergaulan, tiap orang punya kesempatan. Sebab sukses itu ditentukan oleh keuletan. Tuhan pun menegaskan dalam Al Quran: "Dan tidak ada yang akan diperolen manusia kecuali apa yang diusahakannya."
Tubuh kita ini tutur diantara ahli hikmah, ibarat setumpuk tanah kosong dan kemauan adalah sebagai petani.Terserahlah kepada petani itu untuk berbuat. Jika ia rajin mencangkul dan menanami tanah itu akan berobah menjadi kebun yang terus -menerus menghasilkan. Tetapi jika ia hanya bermalas-malas, tanah itu akan menjadi gersang dan tidak menghasilkan apa-pap. Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat istana, dapat dipakai pembuat gebuk, dan demikian pula sebaliknya.Kapur, pasir dan batu. Tetapi, jika orang berusaha membangun istana, bahan-bahan itu akan menjadi istana. Dan, jika orang Cuma berhasrat membangun gubuk, bahan-bahan itupun Cuma bisa menjadi gubuk." Anda sendirilah yang menentukan: hendak menjadi "apa kata Jago." Dan jika anda tidak berbuat maka anda tidak akan mendapat apa-apa !"
Diantara pembaca tentu pernah mendengar nama ibnu Hajar Al Asqalani, ulama-pengarang yang sangat terkenal itu. Salah satu buah kalamnya ialah kitab" Bulughul Maram" yang banyak dijadikan pegangan dalam soal-soal fiqih. Konon, hampir semua guru yang memberinya pelajaran menilai Al-Asqalani sangat bodoh sehingga ia dikatakan tak ada harapan untuk maju. Diliputi kesedihan, Asqalani meninggalkan guru-gurunya dan pergi bertamasya. Pada suatu ketika ia tiba di sebuah gua dan mencoba merenungkan nasibnya. Tiba tiba ia melihat air menetes dari bagian atas ke lantai gua itu. Terus menerus air itu menetes sehingga telah membuat lobang yang amat dalam dilantai gua itu.Melihat kenyataan ini Asqalani tersenyum dan kembali menemui guru-gurunya. "Saya akan belajar kembali jika bapak dapat menerima saya sebagai murid." Katanya dengan wajah berseri." Kalau tidak berputus asa karena kebodohanmu ?"Tanya gurunya. Lalu Asqalani menceritakan apa yang dilihatnya dalam gua itu. Kemudian ia berucap :" Sedangkan setetes air lagi dapat membuat sebuah lobang yang cukup dalam di sebuah batu, kenapa pula saya tidak akan mampu memahami dan menghafal pelajaran yang diberikan guru." Sejak itu ia menyebut dirinya "Ibnu Hajar" (Anak Batu) dan beberapa tahun kemudian tampillah ia sebagai ulama dengan nama Al Hafizh Ibnu Al Asqalani.

Untuk menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, tetapi banyak jalannya. Antara lain, menghadiri majelis -majelis ilmu, membaca buku, mempelajari satu bab dari buku,bukan buku agama saja, tetapi juga berbagai buku ilmu pengetahuan, membaca surat kabar dan mejalah dan sebagainya Maka tidak ada alasan untuk bersikap pasif, hanya menanti. Hanya dalam sebuah pesta kita harus datang setelah diundang dan hanya dalam mengurus pekerjaan kantor kita bekerja setelah ada perintah atasan. Tetapi dalam menuntut ilmu, kita harus berbuat berdasar keinsafan batin sendiri. 

Tidak ada komentar:

 
back to top