Kemuliaan
Orang Yang Berilmu
Oleh :Uti Konsen U.M.
Oleh :Uti Konsen U.M.
Rasulullah
SAW pernah masuk ke sebuah majelis. Di majelis itu, tampak ada dua kelompok :yang pertama sedang berzikir, dan
yang kedua sedang mempelajari ilmu. Nabi SAW bersabda, "Kelompok pertama adalah
kelompok yang bai. Mudah-mudahan Allah mengampuni
merek. Sedangkan kelompok kedua sedang mempelajari ilmu, mudah mudahan Allah membimbing mereka ke jalan yang
lurus." Kemudian beliau memilih duduk bersama kelompok majelis ilmu.
Maksud
Rasulullah SAW barangkali, merujuk ayat Al Quran yang menyatakan bahwa satu
tugas beliau sebagai rasul ialah mengajarkan ilmu. Dalam satu hadis beliau
bersabda:"Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang yang mengajarkan
ilmu."
Orang
yang berilmu berbuat kebajikan atas dasar keinsafan dan bukan karena
turut-turutan. Orang yang berilmu tidak dapat ditipu, teguh membela keyakinan
dan mengerti akan pekerjaannya. Sebab iapun lebih ditakuti setan sehingga
Rasulullah SAW.pun bersabda, "Seorang yang benar-benar mengerti lebih
lebih ditakuti setan dari seribu orang yang beribadat." (HR.Tarmuzi).
Syeikh
syaqib Arsalan dan bukunya : "Mengapa umat Islam terbelakang sedangkan
umat non Muslim maju ? "(terjemahan). Salah satu diantara jawabannya
adalah karena pernah dalam perkembangan umat Islam, kita lebih mengutamakan
majelis zikir daripada majelis ilmu. Padahal Rasulullah SAW. "Jika bangun
pagi hari dan membuka satu bab ilmu pengetahuan, itu lebih baik bagi kamu dari
pada ibadah semalam suntuk" . Namun yang paling baik, kata Dr.Jalaluddin
Rakhmat dalam bukunya "Meraih Cinta Ilahi", adalah orang yang banyak
berzikir dan sekaligus banyak mempelajari ilmu.
Pada
suatu waktu Rasulullah SAW.mengatakan sesuatu kepada Ali bin Abi Thalib RA.
Dalam waktu yang lama. Karena lamanya itu, para sahabat bertanya-tanya ihwal
perbincangan itu. Setelah Ali keluar, ia berkata, "Baru saja Rasulullah
SAW membukakan kepadaku satu bab ilmu pengetahuan. Dan dari satu bab itu dibuka
lagi seribu bab ilmu pengetahuan yang lain."Sejak saat itu Ali dikenal
diantara sahabat orang yang paling tinggi derajat keilmuannya. Dan ini memang
telah ditegaskan Rasulullah SAW, sabdanya : "Akulah kota ilmudan Ali-lah
pintunya. Barangsiapa yang mau memasuki kota, hendaklah ia datang melalui
pintunya."
Begitu
mulianya orang yang berilmu,sehingga Nabi SAW Bersabda :" Dua rakaat salat
orang yang alim adalah lebih baik daripada seribu rakaat salat orang
bodoh." Hadis ini diperkuat dengan hadis lain," Tidur seorang alim
lebih baik daripada ibadah seorang jahil," Sedangkan Allah SWT berfirman
dalam Al Quran," Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu?"(Al-Zumar9).
Dalam
mencari dan atau menambah ilmu pengetahuan, kilah Ustad Abbas Hassan dalam buku
Etika Pergaulan, tiap orang punya kesempatan. Sebab sukses itu ditentukan oleh
keuletan. Tuhan pun menegaskan dalam Al Quran: "Dan tidak ada yang akan
diperolen manusia kecuali apa yang diusahakannya."
Tubuh
kita ini tutur diantara ahli hikmah, ibarat setumpuk tanah kosong dan kemauan
adalah sebagai petani.Terserahlah kepada petani itu untuk berbuat. Jika ia
rajin mencangkul dan menanami tanah itu akan berobah menjadi kebun yang terus
-menerus menghasilkan. Tetapi jika ia hanya bermalas-malas, tanah itu akan
menjadi gersang dan tidak menghasilkan apa-pap. Bahan-bahan yang dipakai untuk
membuat istana, dapat dipakai pembuat gebuk, dan demikian pula
sebaliknya.Kapur, pasir dan batu. Tetapi, jika orang berusaha membangun istana,
bahan-bahan itu akan menjadi istana. Dan, jika orang Cuma berhasrat membangun
gubuk, bahan-bahan itupun Cuma bisa menjadi gubuk." Anda sendirilah yang
menentukan: hendak menjadi "apa kata Jago." Dan jika anda tidak
berbuat maka anda tidak akan mendapat apa-apa !"
Diantara
pembaca tentu pernah mendengar nama ibnu Hajar Al Asqalani, ulama-pengarang
yang sangat terkenal itu. Salah satu buah kalamnya ialah kitab" Bulughul
Maram" yang banyak dijadikan pegangan dalam soal-soal fiqih. Konon, hampir
semua guru yang memberinya pelajaran menilai Al-Asqalani sangat bodoh sehingga
ia dikatakan tak ada harapan untuk maju. Diliputi kesedihan, Asqalani
meninggalkan guru-gurunya dan pergi bertamasya. Pada suatu ketika ia tiba di
sebuah gua dan mencoba merenungkan nasibnya. Tiba tiba ia melihat air menetes
dari bagian atas ke lantai gua itu. Terus menerus air itu menetes sehingga
telah membuat lobang yang amat dalam dilantai gua itu.Melihat kenyataan ini
Asqalani tersenyum dan kembali menemui guru-gurunya. "Saya akan belajar
kembali jika bapak dapat menerima saya sebagai murid." Katanya dengan
wajah berseri." Kalau tidak berputus asa karena kebodohanmu ?"Tanya
gurunya. Lalu Asqalani menceritakan apa yang dilihatnya dalam gua itu. Kemudian
ia berucap :" Sedangkan setetes air lagi dapat membuat sebuah lobang yang
cukup dalam di sebuah batu, kenapa pula saya tidak akan mampu memahami dan
menghafal pelajaran yang diberikan guru." Sejak itu ia menyebut dirinya
"Ibnu Hajar" (Anak Batu) dan beberapa tahun kemudian tampillah ia
sebagai ulama dengan nama Al Hafizh Ibnu Al Asqalani.
Untuk
menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, tetapi banyak
jalannya. Antara lain, menghadiri majelis -majelis ilmu, membaca buku, mempelajari
satu bab dari buku,bukan buku agama saja, tetapi juga berbagai buku ilmu
pengetahuan, membaca surat kabar dan mejalah dan sebagainya Maka tidak ada
alasan untuk bersikap pasif, hanya menanti. Hanya dalam sebuah pesta kita harus
datang setelah diundang dan hanya dalam mengurus pekerjaan kantor kita bekerja
setelah ada perintah atasan. Tetapi dalam menuntut ilmu, kita harus berbuat
berdasar keinsafan batin sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar